Jumat, 14 Desember 2012

TUNNEL RAT DI PERANG VIETNAM



Jihad-Defence-Indonesia - Vietnam : Seperti kita ketahui, Vietnam Selatan yang diwakili NVA (North Vietnamese Army) dan VC (Viet Cong) harus menerapkan taktik gerilya untuk menghadapi penjajah termasuk AS di perang Vietnam. Penerapan ini semakin kuat setelah pemimpin Vietnam Selatan, Ho Chi Minh, mengunjungi Indonesia dan kagum akan semangat dan taktik gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman. Bukan hanya mengadopsi taktik perang gerilya, mereka juga mengembangkannya. Salah satu pengembangan itu adalah dengan taktik “belt hugging”, yaitu sesegera mungkin merapat ke garis pertahanan lawan agar tidak bisa meminta bantuan serangan artileri. Tidak jarang taktik ini mengakibatkan banyaknya korban personil AS yang terkena hantaman mortir kawan sendiri. Taktik lain adalah dengan membangun banyak terowongan-terowongan rumit atau terowongan tikus (untuk selanjutnya disebut Tunnel Rat) untuk bergerilya yang sangat membingungkan dan membuat frustasi prajurit AS.

TAKTIK YANG MENYULITKAN

Jalur tunnel rat yang dibuat sangat sempit untuk ukuran prajurit AS yang biasanya berpostur besar dan tinggi dibandingkan orang Asia. Untuk memasukinya harus dipilih relawan atau prajurit tertentu dengan bentuk badan kecil atau yang memiliki kemampuan khusus. Prajurit keturunan Hispanik atau Mexico yang berbadan kecil biasa ditugaskan untuk misi berbahaya ini. Pada perkembangannya sempat dibentuk satuan khusus penjelajah tunnel rat dari pasukan AS yang berbadan mini. Mereka terkadang menjadi bahan olok-olokan prajurit yang lain karena postur tubuhnya yang irit. Meskipun begitu, keahlian dan keberanian mereka tidak bisa dianggap remeh. Tugas utama mereka bukan untuk membunuh atau memburu VC, melainkan untuk mengetahui sistem serta seluk-beluk tunnel yang dimasuki. Untuk melacak keberadaan pintu masuknya biasa dikerahkan anjing pelacak.

Apa yang dihadapi ketika personil AS yang berani masuk bisa dibilang suatu horror tersendiri. Ular berbisa, jebakan granat di mana-mana, VC yang bersembunyi dan bisa kapan saja membunuh, tersesat, jebakan punji stick, bahkan bisa terbunuh dengan tusukan bambu runcing dileher ketika keluar dari pintu terowongan yang lain. Untuk berkomunikasi secara sederhana mereka hanya mengandalkan seutas tali. Bila tali putus atau lama tidak ada pergerakan biasanya diasumsikan bahwa prajurit yang masuk telah tewas. Penggunaan radio sangat jarang.

Perlengkapan yang dibawa jelas seminim mungkin. Biasanya prajurit yang akan masuk hanya membawa pisau Ka-Bar, senter, pistol Colt M1911 kaliber 45 atau Smith and Wesson kaliber 45, dan keberanian. Terkadang cukup dengan pistol dan senter TL-122D. Penggunaan flame thrower jarang digunakan dan hanya membakar permukaan serta sedikit dari pintu masuknya. Penggunaan bom C4 bila ingin menghancurkan beberapa titik yang dirasa penting untuk dirubuhkan. Gas air mata CS sering digunakan meskipun kadang tidak terlalu efektif karena biasanya VC telah mengantisipasi dengan tingkatan kedalaman terowongan atau memasuki ruangan lain dan menutup celah pintu bambunya dengan tanah liat. Penyemprot asap yang dikenal sebagai M106 disperser fogger alias “Mity Mite” bahkan digunakan juga untuk menyemburkan sebanyak mungkin asap kedalam terowongan.
Sejumlah prajurit mempersiapkan peledak C4 untuk menghancurkan beberapa titik terowongan.

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA
Sistem tunnel rat dimulai akhir tahun 1940-an dan terus berkembang sejak perang Indocina pertama melawan Perancis. Awalnya dibuat sederhana dan untuk perlindungan perorangan. Kemudian berkembang untuk ukuran satu keluarga, persembunyian logistik, hingga akhirnya untuk persembunyian banyak anggota pejuang. Sistem ini mulai mendekati sempurna di tahun 1965.

Tunnel rat ini dibuat lengkap dengan beragam fasilitas mulai dari kamar tidur, ruang operasi, gudang logistik, komunikasi radio, bahkan tempat pembuangan hajat manusia yang jelas sederhana. Pencahayaan cenderung apa adanya bahkan terkadang dibiarkan gelap gulita. Lampu minyak biasa digunakan terkadang untuk menggantikan senter mereka memakai bekas selongsong peluru yang diberi minyak dan sumbu kemudian disulut api. Atmosfir tidak nyaman dengan banyak jebakan dan ular berbisa ini tidak menjadi masalah bagi pejuang Vietnam Utara yang sudah terbiasa hidup sederhana.
Ketika perkembangan tunnel rat disadari menjadi semakin meluas pada awal tahun 1966, prajurit infantri dan insinyur AS mulai melakukan eksplorasi untuk melacak musuh dan mencari persembunyian senjata dan suplai makanan VC dan NVA. Pihak militer Vietnam Selatan sebenarnya juga telah menyadari keberadaan terowongan-terowongan gerilya ini namun mereka sama sekali menghindari untuk melakukan proses eksplorasi. Di tahun 1963 seorang perwira ARVN (Army of the Republic of Vietnam) mendiskusikan bagaimana memerangi taktik ini, namun tidak ada rekomendasi nyata untuk melakukannya. Kerap terjadi dilapangan tidak ada satupun prajurit Vietnam Selatan yang berani untuk terjun langsung masuk dan merayap didalam tunnel rat. Kebijakan politik AS untuk menghancurkan terowongan yang ditemukan dengan “flame thrower” seperti di perang Asia Pasifik melawan Jepang sering menjadi sia-sia karena sistem yang dihadapi lebih efektif.

Seorang prajurit bersiap untuk memasuki tunnel yang ditemui. Karena dibuat sempit dan bukan untuk ukuran orang Amerika, maka relawan yang ingin menjajal tunnel harus yang berbadan kecil atau melolosi semua perlengkapan tempurnya sebelum masuk.

Prajurit AS pertama yang diketahui menjadi relawan untuk memasuki tunnel rat adalah Platoon Sergeant Stewart Green dari 25th Infantry Division. Pada 11 Januari 1966 ia dengan tanpa ragu mencoba memasuki cabang tunnel rat di area Chu Chi untuk kemudian gagal membuat VC buruannya menyerah. Kemudian Captain Herbert Thornton dari 25th Infantry Division’s detasemen kimia ke sembilan ditugaskan untuk mengembangkan metode perburuan dan menetralisir tunnel rat.

YANG TERBAIK

Operasi militer AS yang pertama menemukan jaringan tunnel rat adalah Operation Crimp yang digelar pada Januari 1966 oleh gabungan 25th Infantry Division, 173rd Airborne Brigade, dan Royal Australian Regiment. Setahun kemudian unit yang sama bergabung dengan 1st Infantry Division dan 11th Armored Cavalry Regiment dan melakukan operasi Cedar Falls dilokasi yang sama. Para “tunnel rats” (sebutan untuk prajurit yang bersedia untuk masuk dan mengeksplorasi terowongan) menjelajahi dan menemukan banyak perlengkapan dan dokumen penting VC. Seorang tahanan memberikan lokasi baru sekitar 6 Kilometer di selatan wilayah Rach Bap. Hasilnya cukup mencengangkan, terdapat ribuan jaringan lagi yang mengular kesana-kemari. Tapi hal itu belum seberapa.
Yang paling terkenal dan tidak diragukan lagi adalah the tunnels of Chu Chi di distrik Chu Chi. Tidak ada satu jaringan yang bahkan mendekati luas dan besarnya tunnel rat yang satu ini. Chu Chi adalah kota kecil yang menjadi bagian dari propinsi Binh Duong, sebuah area berjarak 25 mil dari Saigon. Sebagian besar terowongan ditemukan di utara distrik seluas 4 x 12 mil. Ditengah-tengah distrik terdapat maskas tentara AS dari US 25th Infantry Division. Elemen tempur dari 18th ARVN Division juga berada diwilayah itu.

Tunnel Chu Chi dibangun secara sederhana awal tahun 1950-an ketika berperang dengan Perancis. Ketika perang gerilya pecah di utara tahun 1959 ekspansi pembangunannya semakin berkembang. Perubahannya semakin baik ketika kedatangan 25th Infantry Division di bulan Maret 1966. Besar dan rumitnya jaringan Chu Chi bahkan menjadi markas dari tiga divisi VC. Selain itu tersebar juga beragam divisi VC yang lain seperti dari 7th Infantry, 8th Artillery (rocket), dan yang menakutkan C10 Sapper battalions.

Warga disekitar kota Saigon memiliki tradisi perlawanan terhadap pemerintahan boneka Vietnam Selatan. Banyak warga yang memiliki terowongan kecil sendiri dirumahnya yang juga terhubung dengan terowongan utama. Ribuan warga dan pejuang VC biasa bersembunyi di Chu Chi tunnel dan menjalankan pemerintahan bayangan. Fasilitas disana bahkan melebihi tunnel rat lainnya. Mulai dari ruang kelas, ruang rapat, rumah sakit, hingga ruang bioskop tersedia. Hal itu membuat terowongan Chu Chi menjadi kota bawah tanah yang kompleks.


Beberapa prajurit dari 1st Cavalry Division menunggu perkembangan dari personil yang masuk ke tunnel. Komunikasi biasanya dilakukan seminim mungkin dan tidak ada yang bisa dilakukan orang-orang yang menunggu selain harap-harap cemas. Seutas tali biasa dibawa serta oleh prajurit yang masuk untuk mengetahui jarak dan petunjuk sederhana apakah personil yang masuk masih hidup atau tidak.

Bersambung.
Sumber : KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar