Minggu, 16 Desember 2012

KORUT : KRISIS DIBALIK PELUNCURAN ROKET UNHA


Roket Unha Korea Utara

Jihad-Defence-Indonesia - Pyongyang : Pemerintah Korea Utara terpaksa membuka kembali perbatasan dengan China, meskipun instruksi sebelumnya memerintahkan untuk tetap menutup perbatasan antara tanggal 7-18 Desember demi berkabung untuk pemimpin Korea Utara sebelumnya Kim Joong Il (meninggal tahun lalu). Semua karena kebutuhan impor makanan dan keperluan lainnya yang mendesak. Pemerintah Korea Utara membuka kembali perbatasan pada tanggal 12 Desember 2012 bertepatan dengan hari peluncuran roket Unha setelah ditutup pada 5 Desember 2012.

Pemerintah Korea Utara mencoba untuk menggambarkan peluncuran satelit tersebut sebagai peristiwa yang mulia dan membanggakan, namun dengan begitu banyaknya bagian negara ini yang kekurangan listrik untuk melihat berita di TV, pencapaian teknis ini memiliki dampak negatif pada opini publik.

Memang menjadi sebuah kabar yang baik bagi Korea Utara yang sudah bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Menempatkan Korea Utara sejajar dengan beberapa negara lain yang sudah meluncurkan satelitnya sendiri. Seperti yang diketahui, Sputnik Rusia adalah satelit pertama yang dikirimkan ke orbitnya pada tahun 1957. AS kemudian mengikuti jejak Rusia pada tahun 1958. Sejak itu, sembilan negara lainnya sudah melakukan hal yang sama. Sebelum Korea Utara, Iran adalah negara terakhir yang melakukannya yaitu sekitar 3 tahun lalu. Ukraina meluncurkan satelitnya pada tahun 1995, Israel tahun 1988, Perancis tahun 1965, Jepang dan China tahun 1970, Inggris tahun 1971 dan India pada tahun 1980.

Pada 14 Desember 2012, lebih dari seratus ribu warga Korea Utara diperintahkan keluar dari rumahnya untuk berkumpul di ibukota Pyongyang guna merayakan keberhasilan peluncuran satelit Korea Utara ini. Beberapa dari demonstran terlihat sangat bahagia, padahal saat itu sangat cuaca sangat dingin dan bersalju. Negara ini mengalami krisis energi yang parah (terutama untuk pemanasan) dan kekurangan pangan. Pemerintah Korea Utara menggambarkan peluncuran roket tersebut sebagai pembangun moral bagi bangsa Korea Utara. "Kita saat ini mungkin sedang kedinginan dan kelaparan, namun kita perkasa," kira-kira begitulah yang ingin ditunjukkan oleh Korea Utara. Namun aksi peluncuran roket ini tidak terdengar baik bagi dunia luar. Bahkan Rusia mendesak Korea Utara untuk tidak memulai peluncuran roket Unha dan China, yang merupakan sekutu utama Korea Utara, mengatakan "menyesal" atas peluncuran roket tersebut. Sebagian besar negara-negara lain malah sangat marah karena peluncuran roket ini, terutama mengingat kenyataan bahwa sebagian besar warga Korea Utara mengalami kelaparan dan kedinginan. Korea Utara bahkan menanggapinya dengan pernyataan bahwa akan ada peluncuran lagi. Tidak disebutkan bagaimana cara Korea Utara untuk mendapatkan lebih banyak makanan dan bahan bakar, sepertinya hanya bahwa program roket semacam itu yang menjadi pertimbangan utama dalam perekonomian mereka.

Pada 12 Desember 2012, Korea Utara meluncurkan roket Unha dan mengungkapkan bahwa mereka telah menempatkan satelit cuaca Kwangmyongsong-3 (Shining Star-3) 100 kg (220 pon) di orbit pemantauan. Unha adalah varian roket untuk meluncurkan satelit dari ICBM Taepodong. Ini adalah tes (kedua tahun ini) dan tes kelima dari Taepodong dan yang pertama kali berhasil. ICBM Taepodong memiliki jangkauan 9.000 kilometer, yang berarti roket ini dapat mencapai Amerika Serikat. Roket ini mampu membawa muatan lebih dari 100 kg dan bisa digunakan untuk senjata nuklir. Senjata nuklir dapat dibangun dengan berat 100 kg (atau kurang), namun kebutuhan untuk perisai panas berat (untuk re-entry ke atmosfer) berarti payload ICBM harus 500 kg atau lebih.

PBB telah menempatkan sanksi terhadap Korea Utara dengan melarang pengujian rudal balistik jarak jauh. Tes ini dipandang sebagai kelanjutan dari upaya Korea Utara untuk mengembangkan ICBM yang bisa menghantam AS dengan senjata nuklir. Amerika Serikat telah mengerahkan sistem anti-rudal di Alaska khusus untuk mengantisipasi seandainya ada serangan dari Korea Utara. Untuk menembus sistem pertahanan rudal AS di Alaska ini,  Korea Utara setidaknya membutuhkan selusin rudal Taepodong yang diluncurkan secara bersamaan. Jika itu terjadi, satu atau dua rudal mungkin lolos dari sistem pertahanan rudal AS ini. Tapi karena Taepodong adalah rudal yang berbahan bakar cair, persiapan peluncuran yang lama akan mudah terdeteksi oleh Amerika Serikat, yang kemudian bisa menggunakan ICBM atau pembom untuk menghancurkan seluruh Taepodong Korea Utara sebelum mereka siap untuk diluncurkan. Dengan demikian, untuk saat ini Taepodong yang berbahan bakar cair belum menjadi ancaman yang berarti bagi Amerika Serikat. Tapi bila Taepodong berikutnya dibuat dengan menggunakan bahan bakar roket padat, maka dapat diluncurkan di saat perintah diterima. Inilah yang Korea Utara usahakan untuk Taepodong nantinya.

Iran telah membuat kemajuan besar dalam pengembangan motor roket besar yang bahan bakar padat dan teknologi ini bisa saja diperoleh Korea Utara dari Iran. Iran mendapatkan teknologi ini dari Pakistan, Pakistan mendapatkannya dari China, China mendapatkannya dari Rusia, dan Rusia dituduh mencuri teknologi ini dari Amerika Serikat. Peluncuran Unha ini terdeteksi sistem peringatan rudal ICBM milik AS.

Pada 8 Desember 2012, AS telah memindahkan 4 kapal perang pelengkap Aegis (tiga kapal perusak dan sebuah kapal pesiar) ke posisinya untuk memantau peluncuran rudal Korea Utara. Jepang juga melakukan hal yang sama dengan mengerahkan 3 kapal perusak mereka.

Kredit foto: Blooberg.com
Sumber Referensi : KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar